MIMPI bagi sebagian orang hanya dianggap sebagi bunga tidur saja, tidak memiliki makna apapun. Namun, bagi sebagian lainnya, mimpi identik memiliki maksud dan makna tertentu dalam kehidupannya. Apalagi jika mimpi tersebut seolah benar-benar nyata dan terbawa hingga saat terbangun dari tidur.

Salah satu mimpi yang sering dialami oleh orang yang sedang tidur ialah bertemu dengan para orangtua atau kerabat di dalam mimpinya. Lantas bagaimana hal ini semestinya kita tanggapi? Menurut Ustaz Ammi Nur Baits:

Terdapat banyak keterangan dari ulama yang menyatakan bahwa roh orang yang telah meninggal bisa berjumpa dengan roh orang yang masih hidup dalam mimpi. Berikut beberapa keterangan mereka,

Pertama, Tafsir firman Allah di surat Az-Zumar ayat 42.

Allah berfirman, "Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) roh (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah roh (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan roh yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir." (QS. Az-Zumar: 42)

Ada dua pendapat ahli tafsir tentang ayat ini. Salah satunya, bahwa roh orang yang ditahan adalah roh orang yang sudah meninggal, sehingga dia tidak bisa kembali ke jasadnya di dunia. Sedangkan roh orang yang dilepas adalah ruh orang yang tidur. (Ar-Ruh, Ibnul Qoyim, hlm. 31).

Diriwayatkan dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, beliau menjelaskan tafsir ayat tersebut, "Sesungguhnya roh orang yang hidup dan roh orang mati bertemu dalam mimpi. Mereka saling mengenal sesuai yang Allah kehendaki. Ketika masing-masing hendak kembali ke jasadnya, Allah menahan roh orang yang sudah mati di sisi-Nya, dan Allah melepaskan roh orang yang masih hidup ke jasadnya." (Tafsir At-Thabari 21/298, Al-Qurthubi 15/260, An-Nasafi 4/56, Zadul Masir Ibnul Jauzi 4/20, dan beberapa tafsir lainnya).

Kejadian ini pernah dialami seorang sahabat yang dijamin masuk surga karena kerendahan hatinya. Beliaulah sahabat Tsabit bin Qois radhiyallahu anhu. Peristiwa ini terjadi ketika perang Yamamah, menyerang nabi palsu Musailamah Al-Kadzab di zaman Abu Bakr. Dalam peperangan itu, Tsabit termasuk sahabat yang mati syahid. Ketika itu, Tsabit memakai baju besi yang cukup bernilai harganya.

Sampai akhirnya lewatlah seseorang dan menemukan jasad Tsabit. Orang ini mengambil baju besi Tsabit dan membawanya pulang. Setelah peristiwa ini, ada salah seorang mukmin bermimpi, dia didatangi Tsabin bin Qois. Tsabit berpesan kepada si Mukmin dalam mimpi itu:

"Saya wasiatkan kepada kamu, dan jangan kamu katakan, Ini hanya mimpi kalut kemudian kamu tidak mempedulikannya. Ketika saya mati, ada seseorang yang melewati jenazahku dan mengambil baju besiku. Tinggalnya di paling pojok sana. Di kemahnya ada kuda yang dia gunakan membantu kegiatannya. Dia meletakkan wadah di atas baju besiku, dan diatasnya ada pelana. Datangi Khalid bin Walid, minta beliau untuk menugaskan orang agar mengambil baju besiku. Dan jika kamu bertemu Khalifah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (yaitu Abu Bakr), sampaikan bahwa saya punya tanggungan utang sekian dan punya piutang macet sekian. Sementara budakku fulan, statusnya merdeka. Sekali lagi jangan kamu katakan, Ini hanya mimpi kalut kemudian kamu tidak memedulikannya."

Setelah bangun, orang inipun menemui Khalid bin Walid radhiyallahu anhu dan menyampaikan kisah mimpinya bertemu Tsabit. Sang panglima, Khalid bin Walid mengutus beberapa orang untuk mengambil baju besi itu, dia memperhatikan kemah yang paling ujung, ternyata ada seekor kuda yang disiapkan. Mereka melihat isi kemah, ternyata tidak ada orangnya. Merekapun masuk, dan langsung menggeser pelana. Ternyata di bawahnya ada wadah. Kemudian mereka mengangkat wadah itu, ketemulah baju besi itu. Merekapun membawa baju besi itu menghadap Khalid bin Walid.

Setelah sampai Madinah, orang itu penyampaikan mimpinya kepada Khalifah Abu Bakr As-Shiddiq radhiyallahu anhu, dan beliau membolehkan untuk melaksanakan wasiat Tsabit. Para sahabat mengatakan, "Kami tidak pernah mengetahui ada seorangpun yang wasiatnya dilaksanakan, padahal baru disampaikan setelah orangnya meninggal, selain wasiat Tsabit bin Qais." (HR. Al-Baihaqi dalam Dalail An-Nubuwah 2638 dan Al-Bushiri dalam Al-Ittihaf 3010)

Kasus semacam ini juga terjadi pada beberapa ulama. Kisah-kisah mereka banyak disebutkan Ibnul Qoyim dalam bukunya Ar-Ruh (hlm. 30 48). Salah satunya adalah kisah sahabat tsabit bin Qois di atas. Ini semua menunjukkan bahwa roh orang yang hidup bisa bertemu dengan roh oranng yang telah meninggal dalam mimpi. Allahu alam. []