Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan tiga hal yang penting dilakukan sebelum kita tertidur. Apa saja?

Dari Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila engkau telah bersiap tidur, berwudhulah seperti wudhu untuk shalat. Kemudian berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan, lalu ucapkanlah:

ALLOHUMMA ASLAMTU NAFSII ILAIK, WA WAJJAHTU WAJHIYAILAIK, WA FAWWADH-TU AMRII ILAIK, WA ALJA’TU ZHOHRII ILAIK, ROGH-BATAN WA ROHBATAN ILAIK, LAA MALJA-A WA LAA MANJAA MINKA ILLA ILAIK. AAMANTU BIKITAABIKALLADZI ANZALTA, WA BI NABIYYIKALLADZI ARSALTA.

Artinya:

‘Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku menghadapkan wajahku kepada-Mu, aku menyerahkan urusanku kepada-Mu, aku menyandarkan punggungku kepada-Mu, karena senang (mendapatkan rahmat-Mu) dan takut pada (siksaan-Mu, bila melakukan kesalahan). Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan dari (ancaman)-Mu, kecuali kepada-Mu. Aku beriman pada kitab yang telah Engkau turunkan, dan (kebenaran) Nabi-Mu yang telah Engkau utus.’

Maka jika engkau mati pada malam ini, engkau mati dalam keadaan fitrah (tauhid, iman, dan Islam). Jadikan pula kalimat tersebut sebagai akhir perkataanmu.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 247, 6313 dan Muslim, no. 2710]

Faedah Hadits

 

Hendaklah setiap orang yang mau tidur melakukan adab-adab seperti yang disebutkan dalam hadits, yaitu: berwudhu seperti wudhu untuk shalat, berbaring di atas tubuh yang kanan, lalu membaca doa yang disebutkan.

Kita diperintahkan menyerahkan diri, menyerahkan segala urusan kita kepada Allah karena yang melindungi dan menyelamatkan kita hanyalah Allah.

Siapa yang menyandarkan segala urusannya kepada Allah, Allah akan beri kecukupan.

Manusia dalam beribadah hendaklah menghimpun raghbah (rasa harap) dan rahbah (rasa takut).

Kita diperintahkan untuk meyakini dan mengimani kitab dan membenarkan Rasul yang membawa kitab tersebut.

Membaca bacaan ini punya keutamaan, jika meninggal dunia dalam keadaan meyakini bacaan tersebut, maka akan mati di atas fitrah (tauhid, iman, dan Islam).

Hendaklah berpegang pada lafazh seperti yang disebutkan dalam hadits, itu lebih utama.

Dalam kelanjutan hadits ini, Al-Bara’ bin ‘Azib menyebutkan,

“Aku mengulangi bacaan tadi di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika sampai pada kalimat ‘AAMANTU BIKITAABIKALLADZI ANZALTA’, aku lanjutkan dengan ‘WA ROSUULIKA’.” Lalu Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan harusnya, “WA NABIYYIKALLADZI ARSALTA.” (HR. Bukhari, no. 247 dan Muslim, no. 2710). (Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal/Rumaysho)